Video lipsing anak SMAN 20 Surabaya (XII IPS 3)



video ini direkam di kelas kami 12 ips 3 pada saat pelajaran sosiologi,,
( maaf ya bu indah hehehe ;D ) tapi kita buatnya bukan pada pelajaran berlangsung melainkan pada saat konsultasi bikin makalah atau karya ilmiah jadinya banyak waktu luang di kelas. yang memerankan video tersebut yaitu mario alfredo, kadek yogi, eko wibowo, dan ferry hermawan. video tersebut direkam karena keisengan anak-anak untuk menunjukkan kreativitas dalam bidang lipsing siapa tahu jadi artis dadakan hahaha XD, kejadian diatas merupakan masa-masa sma yang tidak pernah saya lupakan..

I LOVE SMAN 20 SURABAYA

I LOVE XII IPS 3

I LOVE ALL
Read More

Yericho Cristiantoko

Ada beberapa wajah baru dalam tubuh Tim Nasional Indonesia U-23 saat menghadapi Mitra Kukar di ajang uji coba, Kamis lalu. Salah satu dari pemain baru tersebut adalah Yericho Christiantoko yang didatangkan langsung dari Belgia untuk memperkuat tim yang akan menghadapi SEA Games XXVI, November mendatang.

Yericho memang baru bergabung dengan Egi Melgiansyah dkk. Pria kelahiran Malang tersebut baru tiba Selasa lalu. Meski baru bergabung, Yericho sudah tampak menyatu dengan rekan-rekan barunya. Hal itu terlihat saat dirinya turun bermain melawan Mitra Kukar.Meski hanya bermain mulai menit ke-57, Yericho mampu bermain baik bersama rekan-rekannya dan bisa memberikan perbedaan di sisi kiri. Umpan-umpan yang terukur dan tusukan-tusukan yang sering merepotkan pertahanan lawan menjadi keistimewaan Yericho. Hal ini pula yang membuat dirinya menjadi andalan saat masih membela SAD Indonesia.

Bahkan, ia pernah menjadi incaran tim-tim Uruguay sebelum akhirnya memilih bergabung dengan SC Vise. Yang lebih membanggakan, beberapa pemandu bakat di Uruguay menilai karakter Yericho hampir mirip bintang asal Brasil, Roberto Carlos."Saya rasa crossing (umpan silang) adalah kelebihan saya sebagai seorang pemain," kata pemain yang mengidolai Roberto Carlos dan Alexander Pulalo.
Meski sudah mulai menunjukkan bakatnya, Yericho mengaku sempat kesulitan menyesuaikan diri dengan gaya permainan Timnas U-23. Selain karena tipe permainan Timnas U-23 berbeda dengan klubnya SC Vise, cuaca di Indonesia yang terbilang panas juga jadi kendala.

"Di sana (Vise), kami selalu menekan lawan dan umpan satu dua. Alur bolanya juga lebih cepat, berbeda dengan di sini yang agak lambat," jelas pemain berusia 19 tahun tersebut. Bersama mantan rekan setimnya di SAD Indonesia, Syamsir Alam, Yericho memang menjadi harapan besar publik pencinta sepak bola di Indonesia. Pengalamannya yang pernah bermain di luar negeri diharapkan bisa memberikan pengaruh besar kepada Timnas U-23. Namun, Yericho tak mau jumawa. Ia tak bisa memberikan janji muluk selain berjuang sepenuh hati demi "Merah Putih". Pemain yang menimba ilmu di Arema Malang semasa mudanya ini hanya berharap bisa mengantarkan Indonesia mengulang sukses di SEA Games Manila 1991, yaitu dengan meraih mendali emas.

"Saya akan memberikan kemampuan maksimal sejauh yang saya mampu lakukan dengan Timnas U-23. Ini yang ingin saya lakukan bersama timnas jika nantinya terpilih," tuturnya. Peluang itu ada. Pelatih Timnas U-23, Rahmad Darmawan, mengungkapkan, ia siap memberikan kesempatan kepada Yericho dan juga Syamsir. Pasalnya, permainan keduanya dalam laga melawan Mitra Kukar yang hanya beberapa menit sudah bisa membuat Rahmad berkata puas.

"Performa keduanya saya belum melihat secara umum, tapi keduanya cukup punya peluang," kata Rahmad.Umpan-umpan matang serta tusukan tajam Yericho dari sisi kiri akan dinanti untuk mengantar Timnas U-23 berjaya di SEA Games.

Data singkat Yericho
Nama  : Yericho Christiantoko
TTL    : Malang, 14 Januari 1992 (19 tahun)
Tinggi  : 167 cm
Posisi   : Bek kiri, Sayap Kiri
Karier  : Arema U-18 Tim Jatim U-15 2007
Timnas U-16 2008
Timnas U-17 2009
Timnas U-19 2007-2010
SAD Indonesia 2011
CS Vise
Read More

Andik (Messi) dari jualan es hingga menjadi pemain Sepak Bola

Mungil, cepat, lincah, tajam, penuh determinasi, dan pekerja keras. Selain Oktovianus Maniani, ciri-ciri ini juga mencerminkan sosok gelandang Tim Nasional U-23, Andik Vermansyah. Aksinya yang brilian terlihat jelas saat membela Timnas U-23 saat melawan Kamboja di laga perdana SEA Games XXVI tahun 2011, Senin lalu. Dalam pertandingan yang berakhir dengan skor 6-0 untuk Indonesia itu, kecepatan dan kelincahan Andik mampu mengobrak-abrik pertahanan lawan hingga membuahkan satu gol dan memberikan satu umpan indah yang berujung pada gol terakhir untuk Indonesia.

Andik yang masuk menggantikan Ferdinand Sinaga pada menit ke-61 langsung menunjukkan kualitasnya sebagai pemain yang mengandalkan kecepatan. Pada menit ke-80, pemain bernomor punggung 21 ini berlari dengan sangat cepat sambil membawa bola dan berhasil melewati satu gelandang bertahan Kamboja ke dalam kotak penalti Kamboja.

Insting tajamnya pun bermain. Melihat celah yang terhampar, tanpa pikir panjang Andik segera menembakkan bola dengan keras dari kaki kanannya. Kiper Kamboja pun tak kuasa menahan bola yang melaju deras ke arah gawangnya.

Empat menit kemudian, aksinya kembali berbahaya. Menerima bola dari Stevie Bonsapia, Andik berlari seperti kijang meninggalkan para pemain lawan dan mendekati gawang Kamboja. Namun, meski berada dalam posisi yang memungkinkan untuk mencetak gol, pemain yang membela Persebaya 1927 ini justru tidak bersikap egois. Dia memberikan umpan kepada Ramdhani Lestaluhu yang berada dalam posisi lebih menguntungkan. Gol keenam untuk Indonesia pun tercipta.

Andik menyadari betul kelebihannya itu. Kecepatan menjadi andalan utamanya dalam bermain sepak bola. Namun, itu pun tidak diperolehnya dengan mudah. Pemain dengan tinggi badan 162 cm ini harus berlatih keras untuk sampai pada tingkat kecepatan tertingginya.

Latihan berlari tak hanya dilakukannya di lapangan. Andik biasa melakoni latihan berlari dengan menaiki tangga, baik tangga jembatan maupun tangga di mal. Pernah pula dia beradu cepat dengan taksi.

"Pernah waktu itu aku lomba sampai lima kali, setelahnya aku langsung muntah-muntah ha-ha-ha...," kata pria berusia 19 tahun ini sambil tertawa.

Kecepatan, kelincahan, dan kemampuan dribling yang di atas rata-rata membuat Andik mendapat julukan "Lionel Messi" dari Surabaya. Dia mengaku senang disamakan dengan Messi. Namun, dengan rendah hati, pemain yang justru mengidolakan Cristiano Ronaldo ini menekankan bahwa dirinya tak sehebat striker Argentina andalan Barcelona tersebut.

"Saat aku bermain, para Bonek selalu teriak 'Messi... Messi... Messi'. Saya senang dipanggil Messi, tapi kan beda jauh," ujarnya lugu.


Dari jualan es sampai SSB gratis

Andik kini berada di tim nasional, bermain di Stadion Utama Gelora Bung Karno dan berlaga untuk nama bangsa di kancah internasional. Namun, siapa sangka, langkah awalnya bermain bola tidak seindah saat ini. Dulu, untuk membeli sepatu sepak bola saja sulit.
Ayahnya, Saman, hanya seorang tukang bangunan. Sementara ibunya, Jumiah, hanya seorang tukang jahit. Orangtuanya yang berpenghasilan pas-pasan tak memiliki dana lebih untuk membantu Andik mewujudkan mimpinya. Maka, tak heran bila pada awalnya Andik tidak diizinkan menekuni sepak bola.

Namun, dorongan yang kuat membuat Andik tak mudah patah semangat. Dia pun berjuang sendiri demi mewujudkan mimpi jadi pemain sepak bola profesional. Berbagai upaya ditempuhnya, mulai dari jualan kue dan es hingga bermain sepak bola antarkampung (tarkam) ke luar Surabaya dilakoninya, hanya untuk bisa membeli sepatu bola.

Langkahnya menunjukkan titik terang ketika Pelatih SSB Suryanaga, Rudi, melihat bakat besarnya.
Rudi pun menawarinya untuk menimba ilmu di sekolah sepak bola di Jember itu. Gratis.
"Waktu itu dia iseng nonton aku bermain dan dia bertanya kamu ikut SSB apa? Aku jawab, tidak ada. Aku pun diajak ke Suryanaga, gratis. Terus aku bilang kakak dan diizinkan," ungkapnya.
Ayah dan ibunya pun tak memiliki alasan untuk terus melarang. Mereka pun berbalik mendukung Andik hingga bermain untuk Persebaya Yunior dan berkarya di PON.


Selalu pikirkan masa depan

Anak bungsu dari empat bersaudara ini pun tak ragu menyebutkan bahwa kedua orangtuanyalah yang justru paling berjasa dalam kehidupannya. Mantan bintang kesebelasan PON Jawa Timur ini menilai sikap dan dukungan dari orangtuanya telah melecut dirinya untuk menjadi seorang Andik seperti sekarang ini.

Selain untuk masyarakat Indonesia, gol yang dicetaknya dalam pertandingan melawan Kamboja kemarin pun dipersembahkannya untuk ayah dan ibu tercinta. Menurutnya, orangtua selalu mendoakan yang terbaik baginya. Bahkan, rela berpuasa demi kesuksesannya. Maka, tak heran bila Andik selalu berusaha menyenangkan mereka.

"Alhamdulillah... Selama merantau di Surabaya, aku sudah membelikan rumah atas nama orangtuaku karena itu sudah menjadi janji dari batinku. Alhamdulillah juga, aku sudah memberangkatkan ibu pergi umrah. Insya Allah kalau ada rezeki mau naikkan haji kedua orangtua," ungkap Andik yang kabarnya pernah dilirik oleh pemain Portugal, Rui Costa.

Andik selalu diingatkan untuk tidak lupa diri meski kariernya kini tengah menanjak. Dia sudah memikirkan masa depannya. Selain berharap bisa terus berkiprah di dunia sepak bola sampai akhir hayatnya, penyuka tempe penyet ini berencana untuk melanjutkan pendidikannya ke jenjang perguruan tinggi dan berinvestasi dengan membangun rumah kos di Surabaya.
"Kalau ada rezeki mau bikin kos-kosan, buat masa depan. Aku selalu mikir masa depan karena aku melihat betapa sulitnya orangtua aku mencari uang," ujarnya singkat.



Data singkat Andik Vermansyah

Nama lengkap: Andik Vermansyah
Nama kecil/Panggilan: Andik
Tinggi Badan: 162 cm
Tempat/Tanggal Lahir: Jember, 23 November 1991
Klub: Persebaya Surabaya 1927
Posisi: Striker

Karier: 
Klub Junior 2007- Persebaya Surabaya 2008 - PON Jatim 2008 - POM ASEAN
Klub Profesional 2008 - 2011 Persebaya Surabaya
Tim Nasional 2011 - Tim Nasional Indonesia U-23

Makanan kesukaan: Tempe penyet
Pemain idola: Bejo Sugiantoro dan Cristiano Ronaldo
Klub idola: Real Madrid dan Persebaya
Nama ayah: Saman
Nama ibu: Jumiah
Read More

My games

My music

Danarjati Abhirama copyright.. Diberdayakan oleh Blogger.